Jumat, 07 Juni 2013

KURIKULUM 2013

KURIKULUM 2013 

Ironi Negeri Kurikulum 2013

Anak rimba berjalan 3 jam untuk menuntut ilmu di seberang kampung, seberangnya lagi.
Anak “kota” yang tinggal di pedalaman kota jam 7 pagi mulai memakai “seragam” berkeliling pasar dan tumpukan sampah yang ada di kota, ya, memang dia anak kota. Katanya herman hn yang terkenal itu di papan reklame salah satu sudut Tugu Adipura sekolah gratis sampai SMA, apa ini sungguhan pak? Orang besar yang membuat kebijakan memang kadang tidak melihat seluruh sudut dari kata “BIJAKSANA”. Tak hanya di Propinsi yang ku tinggali sejak 2002 ini.
Hufh,. Aku yang rakyat jelata ini hanya bisa menghela nafas, aku teringat anak-anak jalanan di Pasar Tengah yang diusir “sang bijaksana” oleh pentung bapak lainnya, namanya pamong praja, pamong? Siapa yang diemong pak? Saat semester 2 aku sering ke Pasar Tengah dan Stasiun Kota Tanjung Karang, pun beberapa kali masuk komplek anak-anak jalanan ini di salah satu sudut yang terjepit glamor kemegahan kota, di belakang Chandra Superstore. Sejak si “bijaksana” memimpin dengan kebijaksanaannya aku tak lagi menemui anak-anak ini, katanya sih anak-anak jalanan dan orang terlantar dipelihara oleh negara, nyatanya memang dipelihara, kayak melihara anjing, sapi atau binatang lain, harus nurut sama yang melihara kalau tidak ya dipentung, sama pak pamong tadi.
“SEKOLAH GRATIS SAMPAI SMA”? Sungguhan pak?
Anak pinggiran kota, 3o menit dari papan reklame, 10 menit dari kator gubernur di Teluk Betung, menelusur jalan menurun karena yang dituju adalah daerah pesisir, memasuki jalan yang makin kecil berarti makin blusuk. Tempat Pemprosesan Akhir Bakung, ah keren amat namanya maksudnya tempat pembuangan sampah anak-anak kota, sehari ada puluhan ton sampah Bandar Lampung di buang kesini. Andi, salah satu anak pinggir kota, kalau mau sekolah naik angkot dulu pulang pergi Rp. 4.000, kalau dia sekolah berarti gak bisa mulung padahal dia punya 5 saudara lainnya yang perlu makan dan tinggal punya Ibu, kalau dia sekolah (lagi) musti beli seragam, sepatu, buku dan perlengkapan sekolah.
Masih banyak Andi yang lain, bukan sekedar sekolah gratis yang mereka butuhkan tapi pamong yang sungguh ngemong pembuat kebijakan yang sungguh bijaksana, kalau Andi sekolah dia dan keluarganya tidak makan karena mereka harus mulung, pun kalau Andi tidak sekolah dia tidak punya bekal untuk kehidupan dan tidak diterima masyarakat sedang kelak saat Andi berkeluarga anak dan istrinya butuh makan, sangat mungkin demi perut Andi jadi kriminal, lingkaran setannya adalah Andi meniptakan Andi Andi yang baru.
Kita lihat “sumber kebijaksanaan” dari anak-anak ini, namanya bapak yang terhormat m. nuh, menteri pendidikan Republik Indonesia, tercinta. Bisakah kebijakannya dicecap Andi, anak kota yang terjepit, anak pinggiran Negeri yang terbuang?
Sederhana, “Johan berangat dari Jakarta menuju Yogyakarya dengan pesawat, ia berangkat dari rumah Pkl 7.30 menuju bandara, Johan harus menunggu 25 menit sebelum pesawat lepas landas meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta, dibutuhkan waktu 75 menit penerbangan, jam berapakah Johan sampai di Yogyakarta?”
Bayangkan kalau soal semacam ini dibaca anak di pedalaman Kalimantan, mereka tidak tau apa itu bandara apa lagi pesawat, tidak pernah melihat, apa lagi membayangkan. Kompetensi guru agar melek teknologi sebagai standar kurikulum 2013 rasanya kayak ide konyol untuk realita macam ini.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sumber: Wikipedia.
Negeri ini tidak akan pernah sungguh merdeka jika pendidikan tidak diutamkan dan pemegang kebijakan pendidikan ada di tangan orang yang tidak bijaksana.


Kurikulum 2013: Bukan Instrumen Peningkatan Mutu Pendidikan


Dalam website http://kemdiknas.go.id/kemdikbud/artikel-kurikulum-bambang-indriyanto, dituliskan bahwa kurikulum 2013 adalah instrumen peningkatan mutu pendidikan.
Menurut saya ini jelas publikasi yang menyesatkan. Sebab intrumen peningkatan mutu pendidikan bukan terletak pada kurikulum 2013, tetapi pada kompetensi guru. Sebagus apapun kurikulumnya, bila kompetensi guru rendah, maka tak akan terjadi peningkatan mutu pendidikan.
Dalam artikel itu juga dijelaskan bahwa keberhasilan pelaksanaan Kurikulum 2013 tidak hanya pada ketepatan dan comperehensiveness perumusan SKL dan kerangka dasar, serta struktur kurikulum, tetapi dari kepemimpinan kepala sekolah pada tingkat satuan pendidikan dan kepemimpinan guru pada tingkat kelas. Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran penting dalam memfasilitasi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Sedangkan kepemimpinan guru di tingkat kelas jelas menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan bekerhasilan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013. Guru merupakan aktor terdepan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 yang berhadapan dengan peserta didik. Peran penting guru antara lain meliputi: (1) kemampuan menjabarkan topik-topik bahasan pada mata pelajaran menjadi informasi yang menarik dan mudah dipahami oleh peserta didik, (2) kemampuan untuk mengidentifikasi tingkat dan area kesulitan peserta didik dan kemampuan untuk membantunya keluar dari kesulitan tersebut, dan (3) kemampuan melakukan evaluasi kemajuan belajar siswa. Berdasarkan hasil evaluasi guru dapat menentukan strategi untuk menentukan metode pembelajaran yang lebih tepat dan kecepatan dalam memberikan informasi berupa pengetahuan kepada peserta didik.
Jadi jelaslah di sini bahwa kurikulum 2013 bukanlah instrumen peningkatan mutu pendidikan. Tetapi bertumpu pada kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru dalam mentransfer ilmunya kepada peserta didik.
Artikel-artikel yang dituliskan oleh pejabat kemendikbud seringkali menyesatkan dan mengundang opini publik agar melegalkan kurikulum 2013, padahal kita tahu kurikulum 2013 bukanlah jawaban untuk perbaikan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, perbanyaklah pelatihan guru, dan tingkatkan kompetensi guru melalui training yang efektif.


Kurikulum berbasis Masyarakat

Kurikulum Berbasis Masyarakat
oleh : Amin Haryanto
 
Kurikulum berbasis masyarakat yang bahan dan objek kajiannya kebijakan dan ketetapan yang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. Bagi siswa berguna untuk memberikan kemungkinan dan kebiasaan utnuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Kemungkinan lain mencegah dari keterasingan lingkungan, terbiasa dengan budaya dan adat istiadat setempat dan beusaha mencintai lingkungan hidup, sehingga sebuta kurikulum ini disebut kurikulum berbasis wilayah.
Berdasarkan teori berbasis masyarakat beberapa teori kurikulum ini setuju bahwa tingkat sosial harus menjadi titik awal dan penentu utama kurikulum. Para ahlinya berbeda pendapat diantara mereka sendiri mengenai sekolah harus mendasarkan diri pada level sosial yang ada.selanjutnya mereka bisa dikategorikan berdasarkan faktor-faktor berikut:
1. Konformis
Percaya bahwa pelevelan masyarakat yang ada sekarang ini merupakan yang terbaik.
2. Reformis
Menganggap masyarakat sebagai pemilik suara yang utama dalam struktur demokratis mereka. Tetapi menginginkan suatu reformasi utama ditingkat sosial. Dan alat utamanya adalah kurikulum.
3. Futuris
Melihat tahun-tahun mendatang daripada terpaku pada masalah-masalah. Mereka menganalisa perkembangan saat ini membuat prediksi dari data yang ada dan memberikan skanario alternatif mereka menggaris bawahi pilihan yang dimiliki orang-orang dalam membentuk tahun-tahun kedepan serta menguatkan atau mendorong sekolah-sekolah untuk memberi murid mereka alat untuk membentuk masa depan yang lebih baik untuk mereka.
4. Radikalis
Mereka yang menganggap bahwa masyarakat sebagai pendukung kurikulum yang cacat dimana mereka akan menunjukan kekurangan-kekurangan tersebut dan memperkuat anak-anak muda untuk mempengaruhi perubahan radikal. Biasanya efek dari pandangan neo marxis, mereka percaya bahwa masalah-masalah pada saat ini hanyalah gejala. Ketidakadilan sosial yang merasuk dalam kapitalis teknologi.
Tujuan kurikulum tersebut adalah:
  1. Memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya, ikut melestarikan budaya termasuk kerajinan, keterampilan yang dinilai ekonominya tinggi di daerah tersebut.
  2. Membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi bekal hidup dimasyarakat, seandainya mereka tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
  3. Membekali siswa agar hidup mandiri, serta dapat membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kurikulum berbasis masyarakat memiliki beberapa keunggulan/kelebihan antara lain: Pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. Kedua, kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan finansial, profesional maupun manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangata memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah khusus kepala sekolah dan guru kelas untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulumyang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.
Ada baiknya studi NIER (1999: 21-22) menjelaskan yang menjadi fokus dan perhatian utama masyarakat dalam kebijakan pendidikan yang ditempuh dalam suatu negara, yaitu:
  1. Fokus sektor pembangunan keterpaduan sosial dan identitas nasional dalam percaturan global hanya untuk mempertahankan cultural heritage.
  2. Fokus pada pembinaan budaya, etnis, dan nilai-nilai moral.
  3. Fokus pada pengembangan ekonomi masa depan, dan persaingan global/internasional.
  4. Fokus pada persamaan kesempatan dalam bidang gender, disabilites, income.
  5. Fokus pada upaya utnuk meningkatkan pencapaian siswa.
Sedangkan organisasi kurikulum, (NIER, 1999) melaporkan bahwa secara umum ada tiga pendekatan kurikulum nasional yang ditempuh:
  1. Pendekatan yang bercirikan isi atau topik (content or topic based curriculum), yaitu sajian kurikulum yang berupa sebaran materi/topik sesuai dengan mata pelajaran.
  2. Pendekatan yang bercirikan pendekatan kompetensi (outcome based curriculum), yaitu sajian kurikulum berdasarkan outcome dan kompetensi yang sepatutnya dicapai oleh para peserta didik.
  3. Paduan antara content/topic based dan outcome based.
Dalam perspektif nasional, pengembangan kurikulum nasional ada kecenderungan saat ini adanya pergeseran dari kurikulum yang memiliki ciri “content or topic based” kurikulum yang bercirikan “outcome or competence based”, seperti direfleksikan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Secara filosofis, pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap manusia dalam mempersiapkan kehidupannya yang lebih baik di masa mendatang. Dengan demikian pendidikan bertujuan utnuk mengembangkan kepribaian, sikap dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dan pendidikan lebih lanjut. Secara nasional, perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dalam menyikapi penyelenggaraan pendidikan dasar.
Ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam kajian pengembangan dan implementasi pendidikan dasar di tanah air. Pertama, dengan diluncurkannya beberapa peraturan perundang-undangan termasuk RUU tentang sistem pendidikan nasional, membawa implikasi terhadap paradigma pendidikan nasional termasuk didalamnya layanan pendidikan dasar. Kedua, dengan perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupannya yang begitu cepat telah menjadi tantangan nasional dan menuntut perhatian serius dan segera mendapatkan langkah dan program pemecahannya. Ketiga, dengan kondisi masa sekarang dan kecenderungan di masa yang akan datang perlu dipersiapkan generasi muda termasuk peserta didik yang memiliki kompetensi yang multidimensional.
B. Karakteristik Kurikulum Berbasis Masyarakat
Model pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk kurikulum yang memadukan antara sekolah dan masyarakat dengan cara membawa sekolah ke dalam masyarakat atau membawa masyarakat ke dalam sekolah guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hamalik (2005) merinci karakteristik kurikulum berbasis pada masyarakat meliputi:
Karakteristik pembelajaran pada kurikulum berbasis masyarakat:
1. Pembelajaran berorientasi pada masyarakat, di masyarakat dengan kegiatan belajar bersumber pada buku teks.
2. Disiplin kelas berdasarkan tanggung jawab bersama bukan berdasarkan paksaan atau kebebasan.
3. Metode mengajar terutama dititikberatkan pada pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan perorangan dan kebutuhan sosial atau kelompok.
4. Bentuk hubungan atau kerja sama sekolah dan masyarakat adalah mempelajari sumber-sumber masyarakat, menggunakan sumber-sumber tersebut, dan memperbaiki masyarakat tersebut.
5. Strategi pembelajaran meliputi karya wisata, manusia (nara sumber), survei masyarakat, berkemah, kerja lapangan, pengabdian masyarakat, kuliah kerja nyata, proyek perbaikan masyarakat dan sekolah pusat masyarakat.
Karakteristik materi pembelajaran
Agar penjabaran dan penyesuaian dengan tuntutan kewilayahan tidak meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan, kriteria tersebut antara lain:
  1. Validitas, telah teruji kebenaran dan kesahihannya.
  2. Tingkat kepentingan yang benar-benar diperlukan oleh siswa.
  3. Kebermanfaatan, secara akademik dan non akademik sebagai pengembangan kecakapan hidup (life skill) dan mandiri.
  4. Layak dipelajarai, tingkat kesulitan dan kelayakan bahan ajar dan tuntutan kondisi masyarakat sekitar.
  5. Menarik minat, dapat memotivasi siswa untuk mempelajari lebih lanjut dengan menumbuhkembangkan rasa ingin tahu.
  6. Alokasi waktu, penentuan alokasi waktu terkait dengan keleluasan dan kedalaman materi.
  7. Saran dan sumber belajar, dalam arti media atau alat peraga yang berfungsi memberikan kemudahan terjadinya proses pembelajaran.
  8. Kegiatan siswa dan guru
Kegiatan siswa, mestinya mempertimbangkan pemberian peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru. Juga materi pembelajaran dipilih haruslah yang dapat memberikan pembekalan kemampuan/kecakapan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai kecakapan hidup atau dapat hidup mandiri dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan ketermapilan yang telah dipelajari.
Guru dalam kurikulum berbasis pada masyarakat berperan sebagai fasilitator, sumber belajar, pembina, konsultan, sebagai mitra kerja yang memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. Sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat untuk digunakan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan lebih lanjut.
Penilaian dalam kurikulum berbasis pada masyarakat
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan menganalisis, dan menaksirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian ini dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK ini dilakukan dengan mengumpulkan kerja siswa (portofolio), hasil karya (penugasan), kinerja (performance), dan tes tertulis. Guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa selama dan setelah kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan karakteristik kurikulum berbasis masyarakat, maka pada hakikatnya karakteristik tersebut dapat dijabarkan menjadi beberap karakteristik lain sebagai berikut: pertama, kurikulum bersifat realistik, karena hal-hal yang dipelajari bersumber dari kehidupan yang nyata. Para siswa dapat mengamati kenyataan sesungguhnya dalam masyarakat dan kehidupan masyarakat yang bersifat kompleks. Pengajaran ini pada gilirannya akan mengembangkan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang praktis dan terpakai. Kedua, kurikulum menunjukan kerja sama dan integrasi antara sekolah dan masyarakat, karena sekolah masuk dalam masyarakat dan masyarakat masuk ke dalam lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah sebagai barometer kondisi masyarakat. Karena itu strategi yang tepat adalah karya wisata dan manusia sumber belajar dari masyarakat merupakan kesempatan yang sangat efektif bagi siswa dalam rangka perpaduan antara kedua institusi tadi. Dengan demikian kesenjangan antara sekolah dan masyarakat yang terjadi selama ini dapat diminimalisir. Ketiga, kurikulum berbasis masyarakat memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk belajar secara aktif penuh kreativitas yang telah dianjurkan oleh teori belajar modern. Para siswa merencanakan sendiri, mencari referensi dan sumber informasi sendiri, melakukan kegiatan proyek sendiri dan memecahkan berbagai masalah sendiri, baik melalui belajar individual maupun belajar secara kelompok. Keempat, prosedur pembelajaran memberdayakan semua metode dan teknik pembelajaran secara sistematik dan bervariasi. Seperti ceramah, diskusi kerja kelompok, presentasi, pameran baik belajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Strategi pembelajaran ditata sedemikian rupa secara variatif dalam rangka pembelajaran multi sistem seperti ada tatap muka,tugas mandiri, survei dan observasi. Kelima, pengembangan kurikulum berbasis masyarakat membantu siswa agar mampu berperan dalam kehidupan sekarang ini. Artinya hal-hal yang telah ada dipelajari sehingga berdaya guna dan berhasil guna untuk menghadapi tantangan yang ada dewasa ini. Rumusann kurikulum ini memberikan pandangan bahwa hasil pendidikan disekolah itu dapat diterapkan di lingkungan siswa tempat mereka tinggal. Jadi pendidikan seperti ini sebenarnya membekali siswa hidup di lingkungan masyarakat menjadi lebih berguna. Pendapat ini dilandasi asumsi bahwa setiap masyarakat mengalami perubahan yang cepat untuk mengantisispasinya oleh kurikulum yang berbasis masyarakat. Keenam, kurikulum berbasis masyarakat menyediakan sumber-sumber belajar yang berasal dari masyarakat. Semua sumber di masyarakat sebagai laboratorium untuk praktik sesuai kepentingan pembelajaran siswa. Masyarakat secara keseluruhan memiliki berbagai dimensi seperti: keluarga, teknologi, ekonomi, politik, budaya, sosial, dan kehidupan macam lainnya. Dimensi-dimensi tersebut masing-masing mengandung aspek manusiawi, kelembagaan, sistem kehidupan, metode kerja, dan kondisi situasi dan karakteristiknya sendiri.
C. Pengembangan Kurikulum Berbasis Masyarakat
Karena pengaruh perkembangan teknologi terjadi perubahan yang cukup drastis dalam segala bidang termasuk pekerjaan. Masyarakat perkotaan berubah cepat dibandingkan masyarakat pedesaan. Pola kehidupan agraris berubah menjadi poloa kehidupan industri, dimana kehidupan masyarakatnya menuntut memiliki spesialisasi dan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan. Sehingga sifat-sifat kebersamaan, hidup lebih santai diganti oleh sikap individualis dan kerja keras.
Pola kerja masyarakat modern menuntut kerja yang tidak teratur melebihi waktu biasa. Banyaknya waktu yang digunakan untuk bekerja akan mengubah citra penghasilan yang diperoleh. Asumsinya penghasilan tinggi akibat suami istri bekerja akan meningkatkan kemampuan ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Namun dalam kehidupan keluarga, anak mempunyai masalah selalu ditinggal orang tuanya bekerja maka anak lebih lama bergaul dan hidupnya dengan pembantu daripada dengaa orang tuanya. Kondisi demikian berbagai masalah keluarga timbul dikarenakan pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga tidak berjalan, seperti hubungan komunikasi di antara anggota keluarga sangat terbatas malahan mungkin hilang.
Komponen-komponen kurikulum berbasis masyarakat meliputi:
  1. Tujuan dan filsafat pendidikan dan psikologi belajar.
  2. Analisis kebutuhan masyarakat sekitar termasuk kebutuhan siswa.
  3. Tujuan kurikulum (TUK dan TKK)
  4. Pengorganisasian dan implementasi kurikulum.
  5. Tujuan pembelajaran (TPU dan TPK)
  6. Strategi pembelajaran mencakup model-model pembelajaran.
  7. Teknik evaluasi (proses dan produk).
  8. Implementasi strategi pembelajaran.
  9. Penilaian dalam pembelajaran.
  10. Evaluasi program kurikulum.
Berorientasi pada komponen-komponen kurikulum berbasis masyarakat tersebut, maka langkah-langkah pengembangannya terdiri dari:
Langkah 1:             penentuan tujuan pendidikan berdasarkan filsafat dan psikologi pendidikan juga berdasarkan spesifikasi kebutuhan masyarakat dan kebutuhan siswa.
Langkah 2:             analisis kebutuhan masyarakat sekitar, siswa dan mata ajar.
Langkah 3:             spesifikasi tujuan kurikulum baik tujuan umum maupun tujuan khusus.
Langkah 4:             pengorganisasian dan implementasi kurikulum dan struktur program.
Langkah 5:             spesifikasi tujuan pengajaran termasuk TPU dan TPK.
Langkah 6:             seleksi strategi pembelajaran meliputi kegiatan, model, dan metode pembelajaran.
Langkah 7:             seleksi awal teknik evaluasi.
Langkah 8:             seleksi final teknik evaluasi (langkah ini dilakukan setelah langkah 5).
Langkah 9:             implementasi strategi pembelajaran secara aktual.
Langkah 10:           evaluasi pengajaran untuk menilai keberhasilan siswa dan efektivitas pembelajaran dan perbaikan evaluasi.
Langkah 11:     evaluasi program kurikulum.

Kesimpulan
Kurikulum berbasis masyarakat merupakan kurikulum yang menekankan perpaduan antara sekolah dan masyarakat guna mencapai tujuan pengajaran. Kurikulum ini pula memiliki tujuan memberikan kemungkinan kepada siswa untuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal, mandiri dan bekal keterampilan. Karakteristik kurikulum berpusat kepada masyarakat ditinjau dari segi pembelajaran baik berorientasi, metode, sumber belajar, strategi pengajaran berpusat pada kepentingan siswa sebagai bekal hidup di masa mendatang. Karakteristik lain dari materi pembelajaran sesuai tuntutan kewilayahan maka disebut juga kurikulum berbasis kewilayahan. Sedangkan kegiatan guru hanyalah sebagai fasilitator belajar dan siswa untuk aktif, kreatif untuk memecahkan permasalahan. Pengembangan kurikulum bertitik tolak dari tujuan pendidikan, analisis kebutuhan, implementasi kurikulum, seleksi strategi pembelajaran, teknik evaluasi dan evaluasi program kurikulum.
Saran
Di masa mendatang kurikulum berbasis masyarakat ini diharapkan dapat memajukan kualitas sumber daya manusia Indonesia, yang mandiri dan bertanggungjawab terhadap kinerjanya. Untuk itu program-program dalam inovasi kurikulum berbasis masyarakat ini agar lebih dapat diperhatikan oleh pemerintah, demi kesuksesan program pemerintah nantinya untuk memajukan bangsa ini khususnya di bidang pendidikan yang lebih berkualitas.


http://dheo-education.blogspot.com/2008/05/kurikulum-berbasis-masyarakat.html
Sa’ud, Syaefudin Udin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

RELEKSI DIRIKU 99

Kelompok Creativeku
By Amin Haryanto 4 c 
NIM : A 510110126

           Kelompok ini sangat creative, dan cukup menyenangkan. Saya sangat mengapresiasi kelompok ini. Kelebihan kelompok ini antara lain :
1. Senantiasa mengkoordinir anggotanya dalam mengerjakan tugas.
hal ini akan membuat anggotanya merasa memiliki tanggung jawab.
2. Membicarakan apa yang akan dikerjakan 
3. Selalu memberikan masukan antar anggota.

Tentunya hal itu semua tidak lepas dari bimbingan Ibu Dosen terhormat yaitu ,  Ibu Nur Amalia M, Teach. Sebagaimana kita tahu Ibu Amalia selalu membibing kami dalam kesusahan saat membuat media pembelajaran. Dari tidak tahu menjadi tahu. Pengalaman beliau selama Studi di Melbourne University, Melbourne, Australia sangat membantu saya mengenai pendidikan di negara maju. Saya sendiri suatu saat ingin studi kesana, atau bahkan ke Harvard University.

Mengenai refleksi diri saya pribadi saya akui saya tidak bisa mengikuti kegiatan perkuliahan secara maksimal. Hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu :
1. Saya harus menangani pekerjaan saya sebagai pelaksana proyek dari sebuah proyek pekerjaan di sebuah perusahaan kontraktor berbentuk CV dibawah naungan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan LPSE Jateng, Dimana dalam hal ini saya sebagai pimpinan pelaksana. Hal ini dikarenakan untuk membiayai kuliah saya juga harus bekerja terlebih dahulu.
2. Kesibukan saya sebagai anggota GAPENSI dengan adanya rapat anggota yang menyita waktu, dan ini merupakan bagian dari bagian pekerjaan.
3. Saya harus wira-wiri Semarang-Purworejo-Temanggung-Pati-Solo untuk mengecek tiap pekerjaan apakah lancar atau tidak dan kekurangan-kekurangan yang dsampaikan para pelaksana lapangan.
4. Saya harus mengikuti kegiatan pelelangan/tender proyek, untuk menjaga berlangsungnya usaha demi kelancaran studi saya, karena saya membiayai kuliah dari sisa hasil usaha itu, karena sebagian hasil lainnya, saya sisihkan untuk membayar angsuran hutang BANK, karena usaha tersebut mendapat modal dari pinjaman BANK. Beruntung sebagaian lelang/tender dapat dilakukan via online.
         Hal diatas membuat saya merasa harus dewasa sebelum waktunya, karena teman-teman se usia saya bahkan lebih tua, belum pernah merasakan apa yang harus saya rasakan. Saya harus menghadapi beban  yang seharusnya dihadapi orang yang sudah matang (Menikah/berkeluarga) dan itu membuat saya dewasa sebelum waktunya. Padahal umur saya belum genap 21 tahun, tapi beban yang saya hadapi harusnya beban orang berusia 40 tahun. Dan ini terkadang terbawa pada saat saya mengikuti kuliah.
     Saya terkadang merasa iri dengan teman-teman mengenai beban yang saya tanggung. mengapa saya tidak dilahirkan seperti mereka yang serba enak dan saya harus menaggung beban ini sendiri. Mereka mendapat fasilitas yang cukup dari para orang tua. Hal ini sudah saya rasakan sejak saya lulus SMA. Saya sendiri sudah 4 bulan ini belum bertemu orang tua saya.
       Apakah saya bisa melanjutkan Studi saya ? Saya tidak tahu. Saudara-saudara saya sendiri tidak pernah membantu saya.

Atas seluruh perhatianya saya ucapkan banyak terima kasih.

Kamis, 06 Juni 2013

REFLEKSI DALAM KELOMPOK

Yuliani Irta Sari
A510110145
IV_c

Kelompok dalam pembelajran ICT sangat kompak, karena saling membantu jika ada teman yang masih kurang faham. Kami lebih cenderung mengerjakan tugas secara bersama-sama walaupun di luar kelas atau di luar perkuliah. Selain itu kelompok creative juga saling memahami, saling berbagi tugas. Terimakasih atas kerjasama dan bantuannya, saya juga minta maaf jika ada salah pada kalian.

REFLEKSI INDIVIDU


Yuliani Irta Sari
A510110145
IV_c

Releksi:
            Dari pembelajran ICT saya banyak mendapatkan ilmu baru, selain itu banyak manfaat pula yang saya ambil. Karena selain membantu mahaiswa untuk mengembangkan teknologi untuk pendidikan, materi yang di ajarkan juga membantu mahasiswa untuk menyampaikan pelajaran saat menjadi seorang guru. Materi ini yang di berikan bermanfaat agar pendidikan yang dilakukan dapat maksimal dengan di dukung oleh teknologi. Dari banyak materi ada beberapa yang saya belum fahami, seperti pembuatan flash animation. Karena langkah-langkahnya cukup rumit, kmrin sampai mengganti 3 kali karena ada langkah yang belum di laksanakan. Walaupun sangat rumit dan membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi bila di bandingkan dengan hasilnya cukup memuaskan. Jika untuk materi storybird sangat menyenangkan, karena selain proses pengerjaannya mudah hasilnyanya pun bagus. Namun juga di butuhkan ketelitian saat menulis ceritanya, karena cerita tersebut di tujukan untuk siswa SD/ anak, jadi dalam penulisan tidak boleh ada kata yang tidak baku, dan ejaan serta penulisan untuk huruf capital untuk menulis kalimat baru dan penulisan nama juga harus di perhatikan.

REFLEKSI TERHADAP KELOMPOK


Mochamad Musta’in
A510110107
Evaluasi dan Refleksi Diri terhadap kelompok Creative
            Untuk teman-teman kelompok creative, saya sangat senang bisa mempunyai kelompok seperti kalian. Kalian selalu membantu saya apabila saya sedang membutuhkan bantuan kalian dalam pembelajaran MPICT yang belum saya famahi. Kalian semua sangat baik, kompak, dan ramah. Kalian sangat is the best pokonya buat saya. Kalian membantu sya dalam membuat email, blog dan semuanya yang ada kaitannya dalam pembelajaran MPICT. Semoga tidak hanya didalam kelompok saja, melainkan didalam pembelajaran mata kuliah lain juga. Semangat buat teman-temanku semua. Semoga kita diberikan kemudahan oleh Allah. Amin.


SARAN


Mochamad Musta’in
A510110107
Masukan saya terhadap kuliah MPICT
Semoga pembelajaran MPICT tahun depan lebih kretif dan lebih mampu mengembangkan kemampuan mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak hanya menerima materi dari bu Amalia saja, melainkan mampu menciptakan ide fan krestifitasnya masing-masing. Untuk ruangan kuliah kalau bisa diarea yang wifinya cepat, sehingga mahasiswa lebih cepat dan mudah untuk masuk link yang akan disampaikan dalam pembelajaran dan mahasiswa hemat biaya karena untuk tahun ini banyak yang menggunakan modem pribadi karena wifinya susah masuknya dan loadingnya lama.  Terimaksih buat pembelajaran MPICT dan Bu Amalia. Semoga tambah sukses dan maju. Amin.