Jumat, 07 Juni 2013

KURIKULUM 2013

KURIKULUM 2013 

Ironi Negeri Kurikulum 2013

Anak rimba berjalan 3 jam untuk menuntut ilmu di seberang kampung, seberangnya lagi.
Anak “kota” yang tinggal di pedalaman kota jam 7 pagi mulai memakai “seragam” berkeliling pasar dan tumpukan sampah yang ada di kota, ya, memang dia anak kota. Katanya herman hn yang terkenal itu di papan reklame salah satu sudut Tugu Adipura sekolah gratis sampai SMA, apa ini sungguhan pak? Orang besar yang membuat kebijakan memang kadang tidak melihat seluruh sudut dari kata “BIJAKSANA”. Tak hanya di Propinsi yang ku tinggali sejak 2002 ini.
Hufh,. Aku yang rakyat jelata ini hanya bisa menghela nafas, aku teringat anak-anak jalanan di Pasar Tengah yang diusir “sang bijaksana” oleh pentung bapak lainnya, namanya pamong praja, pamong? Siapa yang diemong pak? Saat semester 2 aku sering ke Pasar Tengah dan Stasiun Kota Tanjung Karang, pun beberapa kali masuk komplek anak-anak jalanan ini di salah satu sudut yang terjepit glamor kemegahan kota, di belakang Chandra Superstore. Sejak si “bijaksana” memimpin dengan kebijaksanaannya aku tak lagi menemui anak-anak ini, katanya sih anak-anak jalanan dan orang terlantar dipelihara oleh negara, nyatanya memang dipelihara, kayak melihara anjing, sapi atau binatang lain, harus nurut sama yang melihara kalau tidak ya dipentung, sama pak pamong tadi.
“SEKOLAH GRATIS SAMPAI SMA”? Sungguhan pak?
Anak pinggiran kota, 3o menit dari papan reklame, 10 menit dari kator gubernur di Teluk Betung, menelusur jalan menurun karena yang dituju adalah daerah pesisir, memasuki jalan yang makin kecil berarti makin blusuk. Tempat Pemprosesan Akhir Bakung, ah keren amat namanya maksudnya tempat pembuangan sampah anak-anak kota, sehari ada puluhan ton sampah Bandar Lampung di buang kesini. Andi, salah satu anak pinggir kota, kalau mau sekolah naik angkot dulu pulang pergi Rp. 4.000, kalau dia sekolah berarti gak bisa mulung padahal dia punya 5 saudara lainnya yang perlu makan dan tinggal punya Ibu, kalau dia sekolah (lagi) musti beli seragam, sepatu, buku dan perlengkapan sekolah.
Masih banyak Andi yang lain, bukan sekedar sekolah gratis yang mereka butuhkan tapi pamong yang sungguh ngemong pembuat kebijakan yang sungguh bijaksana, kalau Andi sekolah dia dan keluarganya tidak makan karena mereka harus mulung, pun kalau Andi tidak sekolah dia tidak punya bekal untuk kehidupan dan tidak diterima masyarakat sedang kelak saat Andi berkeluarga anak dan istrinya butuh makan, sangat mungkin demi perut Andi jadi kriminal, lingkaran setannya adalah Andi meniptakan Andi Andi yang baru.
Kita lihat “sumber kebijaksanaan” dari anak-anak ini, namanya bapak yang terhormat m. nuh, menteri pendidikan Republik Indonesia, tercinta. Bisakah kebijakannya dicecap Andi, anak kota yang terjepit, anak pinggiran Negeri yang terbuang?
Sederhana, “Johan berangat dari Jakarta menuju Yogyakarya dengan pesawat, ia berangkat dari rumah Pkl 7.30 menuju bandara, Johan harus menunggu 25 menit sebelum pesawat lepas landas meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta, dibutuhkan waktu 75 menit penerbangan, jam berapakah Johan sampai di Yogyakarta?”
Bayangkan kalau soal semacam ini dibaca anak di pedalaman Kalimantan, mereka tidak tau apa itu bandara apa lagi pesawat, tidak pernah melihat, apa lagi membayangkan. Kompetensi guru agar melek teknologi sebagai standar kurikulum 2013 rasanya kayak ide konyol untuk realita macam ini.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sumber: Wikipedia.
Negeri ini tidak akan pernah sungguh merdeka jika pendidikan tidak diutamkan dan pemegang kebijakan pendidikan ada di tangan orang yang tidak bijaksana.


Kurikulum 2013: Bukan Instrumen Peningkatan Mutu Pendidikan


Dalam website http://kemdiknas.go.id/kemdikbud/artikel-kurikulum-bambang-indriyanto, dituliskan bahwa kurikulum 2013 adalah instrumen peningkatan mutu pendidikan.
Menurut saya ini jelas publikasi yang menyesatkan. Sebab intrumen peningkatan mutu pendidikan bukan terletak pada kurikulum 2013, tetapi pada kompetensi guru. Sebagus apapun kurikulumnya, bila kompetensi guru rendah, maka tak akan terjadi peningkatan mutu pendidikan.
Dalam artikel itu juga dijelaskan bahwa keberhasilan pelaksanaan Kurikulum 2013 tidak hanya pada ketepatan dan comperehensiveness perumusan SKL dan kerangka dasar, serta struktur kurikulum, tetapi dari kepemimpinan kepala sekolah pada tingkat satuan pendidikan dan kepemimpinan guru pada tingkat kelas. Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran penting dalam memfasilitasi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Sedangkan kepemimpinan guru di tingkat kelas jelas menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan bekerhasilan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013. Guru merupakan aktor terdepan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 yang berhadapan dengan peserta didik. Peran penting guru antara lain meliputi: (1) kemampuan menjabarkan topik-topik bahasan pada mata pelajaran menjadi informasi yang menarik dan mudah dipahami oleh peserta didik, (2) kemampuan untuk mengidentifikasi tingkat dan area kesulitan peserta didik dan kemampuan untuk membantunya keluar dari kesulitan tersebut, dan (3) kemampuan melakukan evaluasi kemajuan belajar siswa. Berdasarkan hasil evaluasi guru dapat menentukan strategi untuk menentukan metode pembelajaran yang lebih tepat dan kecepatan dalam memberikan informasi berupa pengetahuan kepada peserta didik.
Jadi jelaslah di sini bahwa kurikulum 2013 bukanlah instrumen peningkatan mutu pendidikan. Tetapi bertumpu pada kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru dalam mentransfer ilmunya kepada peserta didik.
Artikel-artikel yang dituliskan oleh pejabat kemendikbud seringkali menyesatkan dan mengundang opini publik agar melegalkan kurikulum 2013, padahal kita tahu kurikulum 2013 bukanlah jawaban untuk perbaikan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, perbanyaklah pelatihan guru, dan tingkatkan kompetensi guru melalui training yang efektif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar