Kurikulum Berbasis Masyarakat
oleh : Amin Haryanto
Kurikulum berbasis masyarakat yang bahan dan objek kajiannya
kebijakan dan ketetapan yang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan
kondisi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan daerah yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah
tersebut. Bagi siswa berguna untuk memberikan kemungkinan dan kebiasaan
utnuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Kemungkinan lain
mencegah dari keterasingan lingkungan, terbiasa dengan budaya dan adat
istiadat setempat dan beusaha mencintai lingkungan hidup, sehingga
sebuta kurikulum ini disebut kurikulum berbasis wilayah.
Berdasarkan teori berbasis masyarakat beberapa teori kurikulum ini
setuju bahwa tingkat sosial harus menjadi titik awal dan penentu utama
kurikulum. Para ahlinya berbeda pendapat diantara mereka sendiri
mengenai sekolah harus mendasarkan diri pada level sosial yang
ada.selanjutnya mereka bisa dikategorikan berdasarkan faktor-faktor
berikut:
1. Konformis
Percaya bahwa pelevelan masyarakat yang ada sekarang ini merupakan yang terbaik.
2. Reformis
Menganggap masyarakat sebagai pemilik suara yang utama dalam struktur
demokratis mereka. Tetapi menginginkan suatu reformasi utama ditingkat
sosial. Dan alat utamanya adalah kurikulum.
3. Futuris
Melihat tahun-tahun mendatang daripada terpaku pada masalah-masalah.
Mereka menganalisa perkembangan saat ini membuat prediksi dari data yang
ada dan memberikan skanario alternatif mereka menggaris bawahi pilihan
yang dimiliki orang-orang dalam membentuk tahun-tahun kedepan serta
menguatkan atau mendorong sekolah-sekolah untuk memberi murid mereka
alat untuk membentuk masa depan yang lebih baik untuk mereka.
4. Radikalis
Mereka yang menganggap bahwa masyarakat sebagai pendukung kurikulum
yang cacat dimana mereka akan menunjukan kekurangan-kekurangan tersebut
dan memperkuat anak-anak muda untuk mempengaruhi perubahan radikal.
Biasanya efek dari pandangan neo marxis, mereka percaya bahwa
masalah-masalah pada saat ini hanyalah gejala. Ketidakadilan sosial yang
merasuk dalam kapitalis teknologi.
Tujuan kurikulum tersebut adalah:
- Memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya, ikut melestarikan
budaya termasuk kerajinan, keterampilan yang dinilai ekonominya tinggi
di daerah tersebut.
- Membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi bekal
hidup dimasyarakat, seandainya mereka tidak dapat melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
- Membekali siswa agar hidup mandiri, serta dapat membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kurikulum berbasis masyarakat memiliki beberapa keunggulan/kelebihan
antara lain: Pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat setempat. Kedua, kurikulum sesuai dengan tingkat dan
kemampuan sekolah, baik kemampuan finansial, profesional maupun
manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian
sangata memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada
sekolah khusus kepala sekolah dan guru kelas untuk mengembangkan diri,
mencari dan menciptakan kurikulumyang sebaik-baiknya, dengan demikian
akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.
Ada baiknya studi NIER (1999: 21-22) menjelaskan yang menjadi fokus
dan perhatian utama masyarakat dalam kebijakan pendidikan yang ditempuh
dalam suatu negara, yaitu:
- Fokus sektor pembangunan keterpaduan sosial dan identitas nasional
dalam percaturan global hanya untuk mempertahankan cultural heritage.
- Fokus pada pembinaan budaya, etnis, dan nilai-nilai moral.
- Fokus pada pengembangan ekonomi masa depan, dan persaingan global/internasional.
- Fokus pada persamaan kesempatan dalam bidang gender, disabilites, income.
- Fokus pada upaya utnuk meningkatkan pencapaian siswa.
Sedangkan organisasi kurikulum, (NIER, 1999) melaporkan bahwa secara umum ada tiga pendekatan kurikulum nasional yang ditempuh:
- Pendekatan yang bercirikan isi atau topik (content or topic based
curriculum), yaitu sajian kurikulum yang berupa sebaran materi/topik
sesuai dengan mata pelajaran.
- Pendekatan yang bercirikan pendekatan kompetensi (outcome based
curriculum), yaitu sajian kurikulum berdasarkan outcome dan kompetensi
yang sepatutnya dicapai oleh para peserta didik.
- Paduan antara content/topic based dan outcome based.
Dalam perspektif nasional, pengembangan kurikulum nasional ada
kecenderungan saat ini adanya pergeseran dari kurikulum yang memiliki
ciri “content or topic based” kurikulum yang bercirikan “outcome or
competence based”, seperti direfleksikan pada Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
Secara filosofis, pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap
manusia dalam mempersiapkan kehidupannya yang lebih baik di masa
mendatang. Dengan demikian pendidikan bertujuan utnuk mengembangkan
kepribaian, sikap dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dan
pendidikan lebih lanjut. Secara nasional, perkembangan dan perubahan
yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dalam menyikapi
penyelenggaraan pendidikan dasar.
Ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam kajian pengembangan
dan implementasi pendidikan dasar di tanah air. Pertama, dengan
diluncurkannya beberapa peraturan perundang-undangan termasuk RUU
tentang sistem pendidikan nasional, membawa implikasi terhadap paradigma
pendidikan nasional termasuk didalamnya layanan pendidikan dasar.
Kedua, dengan perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek
kehidupannya yang begitu cepat telah menjadi tantangan nasional dan
menuntut perhatian serius dan segera mendapatkan langkah dan program
pemecahannya. Ketiga, dengan kondisi masa sekarang dan kecenderungan di
masa yang akan datang perlu dipersiapkan generasi muda termasuk peserta
didik yang memiliki kompetensi yang multidimensional.
B. Karakteristik Kurikulum Berbasis Masyarakat
Model pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk
kurikulum yang memadukan antara sekolah dan masyarakat dengan cara
membawa sekolah ke dalam masyarakat atau membawa masyarakat ke dalam
sekolah guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hamalik
(2005) merinci karakteristik kurikulum berbasis pada masyarakat
meliputi:
Karakteristik pembelajaran pada kurikulum berbasis masyarakat:
1. Pembelajaran berorientasi pada masyarakat, di masyarakat dengan kegiatan belajar bersumber pada buku teks.
2. Disiplin kelas berdasarkan tanggung jawab bersama bukan berdasarkan paksaan atau kebebasan.
3. Metode mengajar terutama dititikberatkan pada pemecahan masalah
untuk memenuhi kebutuhan perorangan dan kebutuhan sosial atau kelompok.
4. Bentuk hubungan atau kerja sama sekolah dan masyarakat adalah
mempelajari sumber-sumber masyarakat, menggunakan sumber-sumber
tersebut, dan memperbaiki masyarakat tersebut.
5. Strategi pembelajaran meliputi karya wisata, manusia (nara
sumber), survei masyarakat, berkemah, kerja lapangan, pengabdian
masyarakat, kuliah kerja nyata, proyek perbaikan masyarakat dan sekolah
pusat masyarakat.
Karakteristik materi pembelajaran
Agar penjabaran dan penyesuaian dengan tuntutan kewilayahan tidak
meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi
materi yang perlu diajarkan, kriteria tersebut antara lain:
- Validitas, telah teruji kebenaran dan kesahihannya.
- Tingkat kepentingan yang benar-benar diperlukan oleh siswa.
- Kebermanfaatan, secara akademik dan non akademik sebagai pengembangan kecakapan hidup (life skill) dan mandiri.
- Layak dipelajarai, tingkat kesulitan dan kelayakan bahan ajar dan tuntutan kondisi masyarakat sekitar.
- Menarik minat, dapat memotivasi siswa untuk mempelajari lebih lanjut dengan menumbuhkembangkan rasa ingin tahu.
- Alokasi waktu, penentuan alokasi waktu terkait dengan keleluasan dan kedalaman materi.
- Saran dan sumber belajar, dalam arti media atau alat peraga yang berfungsi memberikan kemudahan terjadinya proses pembelajaran.
- Kegiatan siswa dan guru
Kegiatan siswa, mestinya mempertimbangkan pemberian peluang bagi
siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di
bawah bimbingan guru. Juga materi pembelajaran dipilih haruslah yang
dapat memberikan pembekalan kemampuan/kecakapan kepada peserta didik
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai
kecakapan hidup atau dapat hidup mandiri dengan menggunakan pengetahuan,
sikap, dan ketermapilan yang telah dipelajari.
Guru dalam kurikulum berbasis pada masyarakat berperan sebagai
fasilitator, sumber belajar, pembina, konsultan, sebagai mitra kerja
yang memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. Sehingga menghasilkan
lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat
untuk digunakan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan
sosial, budaya, dan alam sekitar, serta mengembangkan kemampuan lebih
lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan lebih lanjut.
Penilaian dalam kurikulum berbasis pada masyarakat
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan
menganalisis, dan menaksirkan data tentang proses dan hasil belajar
siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian
ini dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleh
karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK ini dilakukan
dengan mengumpulkan kerja siswa (portofolio), hasil karya (penugasan),
kinerja (performance), dan tes tertulis. Guru menilai kompetensi dan
hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa selama
dan setelah kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan karakteristik kurikulum berbasis masyarakat, maka pada
hakikatnya karakteristik tersebut dapat dijabarkan menjadi beberap
karakteristik lain sebagai berikut: pertama, kurikulum bersifat
realistik, karena hal-hal yang dipelajari bersumber dari kehidupan yang
nyata. Para siswa dapat mengamati kenyataan sesungguhnya dalam
masyarakat dan kehidupan masyarakat yang bersifat kompleks. Pengajaran
ini pada gilirannya akan mengembangkan berbagai pengalaman dan
pengetahuan yang praktis dan terpakai. Kedua, kurikulum menunjukan kerja
sama dan integrasi antara sekolah dan masyarakat, karena sekolah masuk
dalam masyarakat dan masyarakat masuk ke dalam lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah sebagai barometer kondisi masyarakat. Karena itu
strategi yang tepat adalah karya wisata dan manusia sumber belajar dari
masyarakat merupakan kesempatan yang sangat efektif bagi siswa dalam
rangka perpaduan antara kedua institusi tadi. Dengan demikian
kesenjangan antara sekolah dan masyarakat yang terjadi selama ini dapat
diminimalisir. Ketiga, kurikulum berbasis masyarakat memberikan
kesempatan yang luas kepada siswa untuk belajar secara aktif penuh
kreativitas yang telah dianjurkan oleh teori belajar modern. Para siswa
merencanakan sendiri, mencari referensi dan sumber informasi sendiri,
melakukan kegiatan proyek sendiri dan memecahkan berbagai masalah
sendiri, baik melalui belajar individual maupun belajar secara kelompok.
Keempat, prosedur pembelajaran memberdayakan semua metode dan teknik
pembelajaran secara sistematik dan bervariasi. Seperti ceramah, diskusi
kerja kelompok, presentasi, pameran baik belajar di dalam kelas maupun
di luar kelas. Strategi pembelajaran ditata sedemikian rupa secara
variatif dalam rangka pembelajaran multi sistem seperti ada tatap
muka,tugas mandiri, survei dan observasi. Kelima, pengembangan kurikulum
berbasis masyarakat membantu siswa agar mampu berperan dalam kehidupan
sekarang ini. Artinya hal-hal yang telah ada dipelajari sehingga berdaya
guna dan berhasil guna untuk menghadapi tantangan yang ada dewasa ini.
Rumusann kurikulum ini memberikan pandangan bahwa hasil pendidikan
disekolah itu dapat diterapkan di lingkungan siswa tempat mereka
tinggal. Jadi pendidikan seperti ini sebenarnya membekali siswa hidup di
lingkungan masyarakat menjadi lebih berguna. Pendapat ini dilandasi
asumsi bahwa setiap masyarakat mengalami perubahan yang cepat untuk
mengantisispasinya oleh kurikulum yang berbasis masyarakat. Keenam,
kurikulum berbasis masyarakat menyediakan sumber-sumber belajar yang
berasal dari masyarakat. Semua sumber di masyarakat sebagai laboratorium
untuk praktik sesuai kepentingan pembelajaran siswa. Masyarakat secara
keseluruhan memiliki berbagai dimensi seperti: keluarga, teknologi,
ekonomi, politik, budaya, sosial, dan kehidupan macam lainnya.
Dimensi-dimensi tersebut masing-masing mengandung aspek manusiawi,
kelembagaan, sistem kehidupan, metode kerja, dan kondisi situasi dan
karakteristiknya sendiri.
C. Pengembangan Kurikulum Berbasis Masyarakat
Karena pengaruh perkembangan teknologi terjadi perubahan yang cukup
drastis dalam segala bidang termasuk pekerjaan. Masyarakat perkotaan
berubah cepat dibandingkan masyarakat pedesaan. Pola kehidupan agraris
berubah menjadi poloa kehidupan industri, dimana kehidupan masyarakatnya
menuntut memiliki spesialisasi dan profesionalisme dalam melakukan
pekerjaan. Sehingga sifat-sifat kebersamaan, hidup lebih santai diganti
oleh sikap individualis dan kerja keras.
Pola kerja masyarakat modern menuntut kerja yang tidak teratur
melebihi waktu biasa. Banyaknya waktu yang digunakan untuk bekerja akan
mengubah citra penghasilan yang diperoleh. Asumsinya penghasilan tinggi
akibat suami istri bekerja akan meningkatkan kemampuan ekonomi dan
kesejahteraan keluarga. Namun dalam kehidupan keluarga, anak mempunyai
masalah selalu ditinggal orang tuanya bekerja maka anak lebih lama
bergaul dan hidupnya dengan pembantu daripada dengaa orang tuanya.
Kondisi demikian berbagai masalah keluarga timbul dikarenakan
pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga tidak berjalan, seperti hubungan
komunikasi di antara anggota keluarga sangat terbatas malahan mungkin
hilang.
Komponen-komponen kurikulum berbasis masyarakat meliputi:
- Tujuan dan filsafat pendidikan dan psikologi belajar.
- Analisis kebutuhan masyarakat sekitar termasuk kebutuhan siswa.
- Tujuan kurikulum (TUK dan TKK)
- Pengorganisasian dan implementasi kurikulum.
- Tujuan pembelajaran (TPU dan TPK)
- Strategi pembelajaran mencakup model-model pembelajaran.
- Teknik evaluasi (proses dan produk).
- Implementasi strategi pembelajaran.
- Penilaian dalam pembelajaran.
- Evaluasi program kurikulum.
Berorientasi pada komponen-komponen kurikulum berbasis masyarakat tersebut, maka langkah-langkah pengembangannya terdiri dari:
Langkah 1: penentuan tujuan pendidikan berdasarkan
filsafat dan psikologi pendidikan juga berdasarkan spesifikasi kebutuhan
masyarakat dan kebutuhan siswa.
Langkah 2: analisis kebutuhan masyarakat sekitar, siswa dan mata ajar.
Langkah 3: spesifikasi tujuan kurikulum baik tujuan umum maupun tujuan khusus.
Langkah 4: pengorganisasian dan implementasi kurikulum dan struktur program.
Langkah 5: spesifikasi tujuan pengajaran termasuk TPU dan TPK.
Langkah 6: seleksi strategi pembelajaran meliputi kegiatan, model, dan metode pembelajaran.
Langkah 7: seleksi awal teknik evaluasi.
Langkah 8: seleksi final teknik evaluasi (langkah ini dilakukan setelah langkah 5).
Langkah 9: implementasi strategi pembelajaran secara aktual.
Langkah 10: evaluasi pengajaran untuk menilai keberhasilan siswa dan efektivitas pembelajaran dan perbaikan evaluasi.
Langkah 11: evaluasi program kurikulum.
Kesimpulan
Kurikulum berbasis masyarakat merupakan kurikulum yang menekankan
perpaduan antara sekolah dan masyarakat guna mencapai tujuan pengajaran.
Kurikulum ini pula memiliki tujuan memberikan kemungkinan kepada siswa
untuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal, mandiri dan bekal
keterampilan. Karakteristik kurikulum berpusat kepada masyarakat
ditinjau dari segi pembelajaran baik berorientasi, metode, sumber
belajar, strategi pengajaran berpusat pada kepentingan siswa sebagai
bekal hidup di masa mendatang. Karakteristik lain dari materi
pembelajaran sesuai tuntutan kewilayahan maka disebut juga kurikulum
berbasis kewilayahan. Sedangkan kegiatan guru hanyalah sebagai
fasilitator belajar dan siswa untuk aktif, kreatif untuk memecahkan
permasalahan. Pengembangan kurikulum bertitik tolak dari tujuan
pendidikan, analisis kebutuhan, implementasi kurikulum, seleksi strategi
pembelajaran, teknik evaluasi dan evaluasi program kurikulum.
Saran
Di masa mendatang kurikulum berbasis masyarakat ini diharapkan dapat
memajukan kualitas sumber daya manusia Indonesia, yang mandiri dan
bertanggungjawab terhadap kinerjanya. Untuk itu program-program dalam
inovasi kurikulum berbasis masyarakat ini agar lebih dapat diperhatikan
oleh pemerintah, demi kesuksesan program pemerintah nantinya untuk
memajukan bangsa ini khususnya di bidang pendidikan yang lebih
berkualitas.
http://dheo-education.blogspot.com/2008/05/kurikulum-berbasis-masyarakat.html
Sa’ud, Syaefudin Udin. 2008.
Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.